MEMBANGUN KETEGASAN MENJAGA KEDEKATAN


????????????????????????????????????

Biasanya, pemimpin yang idealis llebih banyak mendapatkan cibiran daripada pujian. Pujian hanya datang kelak, ketika idealism yang dimilikinya menunjukkan keberhasilan yang nyata. Demikian juga guru yang idealis. Kalau ingin diahami orang lain, jadilah orang yang idealis. Namun jika, bersikap pragmatis, yang prinsipnya hanya membela kepentingan sesaat, maka anda akan terus terombang-ambing oleh keadaan di sekeliling anda. Untuk itulah anda perlu mencari hal-hal yang bisa dijadikan prinsip sebagai seorang guru. Kemudian, berjuanglah dengan prinsip-prinsip itu. Jangan pedulikan cibiran orang lain selagi anda yakin dengan prinsip yang anda pegang. Guru dapat elakukan pendekatan terhadap siswa degan bentuk lain yang tidak mengorbankan prinsip-prinsipnya.

Visi yang besar harus dibangun, sedangkan visi detail harus dirangkai dan dirumuskan. Rumusan visi detail anda sebagai guru tidak hanya dibutuhkan di dalam kelas. Visi detail itu juga diperlukan di luar kelas. Untuk itu, rumuskanlah visi detail secara tertulis agar tidak lupa. Akan bahaya jika rumusan yang anda buat hanya disimpan dalam angan karena setiap orang mempunyai sifat sering lupa. Jika anda lupa rumusan yang sudah pernah disosialisasikan kepada siswa maka anda akan dipandang sebagai sosok yang tidak konsisten.

Hukuman dan imbalan laksana pisau bermata dua. Jika kita bisa menggunakannya dengan benar, ia akan meringankan pekerjaan kita. Anak yang melakukan pelanggaran sewajarnya mendapatkan hukuman. Ketika member hukuman kepada siswa hendaknya dihindari hukuman yang terlalu keras atau berat. Hukuman yang terlalu keras dapat menyebabkan luka batin mau pun lahir. Seorang guru dituntut untuk berhati-hati saat memberikan hukuman yang dianggap mendidik. Jika guru tidak tepat dalam memberikan hukuman, hal-hal yang tidak diinginkan sangat mungkin terjadi. Berikut beberapa model pengomunikasian hukuman kepada siswa :

Model Penghapusan Dosa

Pada model ini, guru menyampaikan kepada siswa bahwa setiap perbuatan buruk bisa dihapus deengan perbuatan baik. Tentu saja, sebelumnya guru perlu menyampaikan bahwa pelanggaran yang baru saja dilakukan oleh siswa termasuk perbuatan buruk. Setelah itu, guru meminta siswa untuk menentukan perbuatan baik apa yang bisa dilakukan untuk menghapuskan perbuatan buruknya.

Model Tebusan

Yang dimaksud tebusan pada model ini bukanlah penebsan dosa. Akan tetapi, tebusan terhadap barang atau benda yang dilang atau rusak karena kelalaian yang dilakukan siswa. Hukuman model tebusan ini diberikan kepada siswa ketika melakukan perbuatan, baik disengaja maupun tidak, yang menimbulkan kerugian kepada pihak lain.

Komunikasi Dengn Siswa

Dengan siswa dihukum, guru juga perlu berkomunikasi dengan baik. Guru bisa melibatkan unsure spiritualitas supaya hukuman ini tidak menimbulkan dampak negative pada diri siswa.

Model Balasan

Hukuman model ini paling sering dijumpi dalam keseharian di sekolah. Dalam hukuman modal balasan, seorang siswa yang melakukan peanggaran akan dikenai hkuman dengan cara mengurangi kenyamanan atau member kesengsaraan. Push up, sit up, lari keliling lapangan, berdiri di depan kelas, atau tidak boleh keluar kelas di jam istirahat merupakan implementasi dari pengurangan kenyamanan atau pemberian kesengsaraan.

Model Pegampunan

Ini merupakan model hukuman yang paling ringan. Siswa yang melakukan pelanggaran cukup dipanggil untuk dimintai klarivikasi mengenai pelanggaran yang dilakukannya. Jika pelanggaran itu ringan dan dilakukan dalam keadaan tidak sengaja dan terpaksa, atau ia dalam keadaan kesulitan mengendalikan emosi, maka bisa saja guru hanya memintanya untuk meminta maaf. Dan siswa tidak diberi hukuman apa-apa.

Pada prinsipnya, hukuman adalah memberikan ketidak nyamanan kepada siswa yang melakukan pelanggaran. Ketidaknyamanan ini biasanya diwujudkan melalui dua cara, yaitu mengurangi jatah kenyamanan atau pemberian kesusahan atau kesengsaraan. Dua prinsip pemberian hukuman ini terlihat sepele dan biasa saja. Akan tetapi, kalau prinsip ini tidak dipahami oleh para guru, akan memberikan hukuman yang tidak memberika dampak positif bagi wibawanya.

Komunikasi. Cara komunikasi yang tepat menjadi jalan keluar yang terbaik. Setiap jenis hukuman, baik yang fisik maupun non fisik, sebenarnya boleh digunakan asal memenuhi prinsip-prinsip pemberian hukuman. Artinya, dari segi komunkasi agus dan dari segi pemberian efek ketidaknyamanan juga ada. Satu lagi yang harus diperhatikan, yaitu batasan. Batasan yang dimaksud adalah kontak antara guru dan siswa tidak boleh berada dalam suasana negative. Yang bisa mengubah makna positif menjadi negative adalah kemarahan guru.

Saat mengomunikasikan hukuman, guru perlu melibatkan aspek spiritual emosional siswa. Sebab, dengan mendatangkan pahala, manfaatnya juga bisa dirasakan secara langsung oleh siswa. Guru perlu menggugah potensi spiritual anak dalam memaknai hukuman yang diberikan kepada mereka. Insyaallah, ddengan melibatkan aspek spiritual, hukuman dapat mendatangkan manfaat yang lebih besar dan bertahan lama.

Tinggalkan komentar