PERAN ORANGTUA DALAM MENDIDIK ANAK


peran-orangtua-dalam-mendukung-pendidikan-anak-580x400

Semua Anak Terlahir Dalam Keadaan Sempurna

Setelah sekitar 9 bulan ibu menunggu, masa penantian akan segera berlalu. Anak akan segera lahir ke dalam dunia ini. Tangisan mengawali kehadiran buah hati yang sudah dinanti-nantikan. Tali pusar digunting, anak yang baru lahir kemudian ditaruh di atas perut ibu untuk merasakan kedekatan emosional, sebelum kemudian diberi handuk atau selimut untuk membalut tubuh sang bayi agar tidak kedinginan. Pada bayi yang baru lahir, tumbuh rambut halus (lanugo) di sekujur tubuhnya, terutama pada bayi prematur. Rambut ini akan menghilang secara perlahan pada bulan-bulan pertama kehidupannya. Sebagai seorang ibu yang melahirkan, kehadiran seorang anak tentu akan mendapat tempat yang berbeda di hatinya. Kehadiran anak akan membuatnya sangat bahagia dan sempurna. Kehadiran seorang anak dapat membuat rumah tangga menjadi lebih sempurna. Tanpa adanya seorang anak, niscaya seorang ayah dan ibu tidak akan berbahagia seperti ketika ia sudah mempunyai anak. Seorang ayah akan berusaha menjadi pelindung yang baik bagi anak-anaknya, seorang ibu juga akan berusaha menjadi pendamping yang baik untuk mendampingi anak-anaknya sampai kelak ia dewasa nanti. Kedua orangtua akan berusaha sekuat tenaga untuk saling menjaga, melindungi, mendampingi, dan mendidik sang buah hati sampai ia dewasa nanti. Mungkin sebagai orang tua yang baru pertama kali mempunyai anak, akan merasa sangat capek ketika merawat sang buah hati seharian, apalagi ketika sedang banyak permasalahan dalam urusan pekerjaan, tidak bisa dibayangkan Betapa sangat capeknya merawat sang buah hati.

Kenali Anak Anda

Manusia memiliki dua belahan otak besar sebagaimana yang telah ditemukan oleh Roger Sprey, yaitu otak kanan dan otak kiri yang cara bekerjanya sangat berbeda. Ternyata ada amiglada yang terletak di otak tengah yang dapat berfungsi sebagai pengendali emosi yang sangat berperan penting untuk meraih kesuksesan hidup. Menurut Daniel Golmen, 80% kesuksesan hidup ditentukan oleh kecerdasan emosional (EQ), selanjutnya tinggal 20% ditentukan oleh kecerdasan akademis (IQ). “Ternyata kecerdasan itu tidak tunggal, ada sekitar sembilan kecerdasan yang dimiliki oleh setiap orang,” ujar penemu teori multiple intelligences, Howard Gardner. Menurut Alvin Rosenfeld dan Nicole Wise, peneliti dan pengamat perkembangan anak dan juga penulis buku “Hyper Parenting” mengatakan bahwa Hyperparenting adalah sebuah upaya yang dilakukan oleh orang tua untuk mengontrol semua yang dilakukan anak, akibanya segala upaya yang dianggap baik bagi anak dilakukan tanpa memperhatikan kondisi si anak itu sendiri. Sementara itu, Hyper Parenting terjadi karena orangtua merasa bahwa segala yang dilakukannya adalah benar dan terbaik bagi sang anak. Hal seperti ini adalah salah dan harus segera dibenarkan karena bagaimana pun juga keadaan dan proses perkembangan hingga proses kehidupan antara individu berbeda-beda, mereka mempunyai hak untuk hidup bebas tanpa adanya kekangan dari orang lain yang membatasi ruang gerak mereka. Anak-anak seharusnya diberi ruang untuuk bermain, bereksplorasi, berekspresi, sesuai dengan apa yang ia inginkan agar ia dapat belajar dan menyerap pengetahuan dari apa yang dilakukannya. Dengan begitu anak dapat mengembangkan seluruh potensi kecerdasannya dengan tumbuhkembangnya.

Hak Anak, Kewajiban Orangtua

Kenakalan remaja, istilah yang tidak asing lagi di telinga kita. Istilah yang sering kali kita dengar, kita bahas, dan bahkan yang menjadi kajian serius oleh para pakar dari berbagai latar belakang keilmuan. Kenakalan remaja merupakan akibat dari kesalahan pendidikan orang tua sewaktu masih kecil. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para psikolog, faktor-faktor pendorong terjadinya kenalakan remaja terbesar adalah broken home, kemudian kondisi rumah yang tidak nyaman bagi anak, lingkungan sekitar, pendidikan, dsb. Dari beberapa faktor itulah yang merupakan faktor dominan adalah faktor keluarga broken home. Atas kenyataan demikian, dapat diambil kesimpulan sementara bahwa kenakalan remaja pada dasarnya diakibatkan oleh kenakalan orangtua. Apabila pemahaman hak dan kewajiban ini tidak dipahami dan dilakukan orangtua dengan baik, maka sangat dimungkinkan bahwa si anak pun akan mengabaikan kewajibannya kepada orang tua. Padahal kewajiban harus didahulukan daripada hak. Di antara kewajiban-kewajiban orangtua terhadap anak adalah sebagai berikut :

  • Memberikan nama yang baik kepada anak sesaat setelah anak dilahirkan. Ada sebuah simbol yang menyebutkan bahwa nama seseorang ibarat sebuah doa.
  • Memberikan cinta dan kasih sayang dengan tulus dan ikhlas. Fitrah bagi para orangtua adalah rasa cinta dan kasih sayang terhadap seorang anak.
  • Berlaku lemah lembut kepada anak. Usatu kebaikan pasti akan membuahkan kebaikan pula.
  • Memberikan nafkah. Nafkah merupakan kewajiban yang harus diberikan oleh orangtua terhadap anak.
  • Memberikan ruang bagi pertumbuhan dan perkembangan dinamika sang anak. Dinamika merupakan hakikat diri pada setiap makhluk hidup. Dinamika pula yang dapat menyebabkan ekspresi dan potensi-potensi bakat sang anak dapat tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin. Bahkan potensi itu akan cepat berkembang melalui masa normalnya.
  • Menjaga anak dari pergaulan yang tidak baik. Sebagai orangtua sangat dianjurkan untuk mengarahkan sekaligus memberi nasihat kepada sang anak tentang suatu hal yang belum dapat ia mengerti karena dalam perkembangannya anak akan lebih mudah sekali untuk menangkap sesuatu tanpa mengetahui apakah hal itu termasuk hal baik atau hal buruk.
  • Memberikan teladan yang baik kepada anak. Hal yang paling sulit dilakukan oleh orangtua adalah memberikan contoh yang baik kepada sang anak.
  • Memilih bersikap rasional untuk kepentingan sang anak merupakan kewajiban bagi orang tua. Tanpa sadar karena dorongan rasa cinta dan kasih sayang orangtua terhadap anak membuat para orangtua suka mengedepankan sikap emosional sehingga orangtua lebih sering memenjakan sang anak.
  • Menciptakan keharmonisan dalam keluarga. Keharmonisan dalam keluarga merupakan tanggung jawab orangtua.

Mulai Mengarahkan Sang Anak

Pola konstruksi pikir kita pada dasarnya merupakan hasil endapan dari pengalaman hidup sejak kecil, remaja, hingga dewasa saat ini yang nantinya anak-anak kitalah yang akan mewarisi pengalaman hidup kita. Apabila hal ini tidak dirubah menuju ynag lebih baik, maka etika, sopan santun, kebaikan, dan keburukan pun akan dimonopoli oleh orangtua, walaupun dengan tujuan untuk kebaikan anak-anak mereka dan dilakukan atas dasar rasa kasih sayang, sebaliknya kebenaran yang ditemukan dari hasil pengalaman anak sekarang misalnya, yang pada waktu kita kecil belum ada, lalu menjadi diabaikan atau bahkan tidak diakui. Di sinilah terkadang terjadi kesalahan, orangtua memaksa anak untuk menuruti apa yang menjadi kemauan mereka. Di sinilah terjadi pemaksaan kehendak atas apa yang orangtua pikirkan untuk harus dilakukan oleh sang anak. Apabila ditelusuri lebih lanjut, memang hal seperti itu terlihat terjadi begitu saja. Suatu sistem budaya yang melingkup lingkungan keluarga terjadi turun-temurun dari orangtua kepada sang anak yang membentuk kesadara, karakter, ekspansi yang tanpa kita sadari telah kita wariskan kepada anak tanpa memperhatikan perbedaan ruang, masa, dan tantangan yang akan dihadapinya kelak. Orang tua dalam mengarahkan dan membimbing sang anak diharapkan seperti pelatih bola. Ia harus bisa mengarahkan sang anak untuk menjadi apa yang sebenarnya dicita-citakannya. Setelah mengetahui apa keinginan anak, lalu orangtua sebagai pelatih mulai melatihnya setiap saat untuk mengoptimalkan keahliannya. Pelatih harus tetap berasa di sisi lapangan dan tidak boleh memasuki area lapangan sama sekali. Pelatih hanya dapat menginstruksikan, menunjukkan, menginfromasikan prinsip-prinsip strategi dalam bermain. Kalau sang anak salah, sang pelatih tidak boleh menegurnya dan bila sang anak melakukan kesalahan yang sangat fatal, maka sang anak boleh dimarahi tetapi dalam tahap yang masih wajar dan tentunya memberi dorongan. Gambaran pola asuh yang seperti ini, apda dasarnya memberi peluang kreativitas sang anak dan membantu sang anak menemukan jati dirinya.

Mulai Membimbing Anak

Seorang psikolog terkenal negri ini, Freida Mangunsong dalam penelitiannya mendefinisikan bahwa ada sepuluh langkah yang harus diambil untuk menjadi orang tua yang efektif dan benar bagi anak. Sepuluh lankah tersebut adalah :

  • Kenalilah pribadi anak, apakah ia termasuk tipe orang yang pemalu, periang, penggembira, pendiam, atau tipe orang yang bisa menyesuaikan diri
  • Jika sang anak melakukan kesalahan, segeralah nasehati di tetapi jika anak melakukan sesuatu dengan benar, segeralah puji dia
  • Manfaatkan waktu seoptimal mungkin untuk mendekatkan diri kepada anak
  • Anak harus dilibatkan dalam kegiatan keluarga
  • Sediakan waktu khusus untuk berdua saja dengan si anak
  • Jadilah teladan yang baik bagi anak
  • Ungkapkanlah kasih sayang kepada sang anak
  • Tegakkan disiplin kepada anak
  • Jangan sampai mengucapkan kata-kata menyakitkan/jelek/jorok/kasar ketika kita sedang marah di depan anak
  • Perhatikan mimik dan ekspresi wajah kita saat berkomunikasi kepada anak

Tinggalkan komentar